Paku Hata, Tumbuhan Bermanfaat Penyembuh Luka hingga Obat Penyakit Kuning
Oleh : JATENGKOTA | on
JATENGKOTA - Lygodium circinnatum (Burm. f.) Swartz atau paku hata termasuk ke dalam anggota genus Lygodium dan suku Lygodiaceae.
Tumbuhan paku ini memiliki beberapa nama lokal.
Di Bali, paku ini biasa disebut paku ate atau ata, di Jawa Barat disebut paku hata, di Maluku disebut kapai gorita, di daerah Makassar disebut raga-raga, di daerah Minahasa disebut masem, dan di daerah Bugis disebut Caweng (Darma et al., 2004).
Kandungan
Hasil ekstraksi atas tumbuhan paku hata antara lain menemukan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan cumarin. Bahan lain yang juga dapat ditemui yaitu lygodinolide.
Enzim thiaminase juga masuk ke dalam bahan yang dapat ditemukan di tumbuhan paku hata (Dwiyani et al., 2017). Penelitian yang telah dilakukan terhadap paku hata menunjukkan tumbuhan ini juga memiliki antioxidant properties dari Lygodium (Jeetendra & Manish, 2011).
Manfaat
Daun paku hata dapat dikonsumsi langsung sebagai sayuran.
Namun, perlu diperhatikan dalam pengolahannya.
Kandungan enzim thiaminase di dalamnya mesti dikurangi dulu kadarnya dengan memasaknya terlebih dahulu sebelum dikonsumsi.
Enzim thiaminase dapat menjadi sumber diet vitamin B bila dikonsumsi dalam porsi dan cara pengolahan yang benar, yaitu dalam porsi sedikit dan dimasak hingga matang terlebih dahulu (Dwiyani et al., 2017).
Senyawa lygodinolide yang terdapat pada paku hata membuatnya dapat digunakan sebagai bahan penyembuhan luka.
Penelitian juga menyebutkan bahwa bahan aktif di dalam Lygodium sering dimanfaatkan dalam pengobatan penyakit kuning dan eksim (Yadav et al., 2012).
Pemanfaatan dari paku hata yang akhir-akhir ini sangat populer yaitu sebagai bahan baku kerajinan anyaman.
Morfologi
Paku hata atau Lygodium circinatum (Burm.f.) Sw. hidup secara terestrial dengan habitus liana.
Paku hata biasa tumbuh dengan arah menyamping.
Batangnya tegak berwarna kuning dengan tempat duduk daunnya berada di ujung batang, berjumlah 5 – 7 helai.
Daun paku hata termasuk ke dalam tipe daun tunggal melingkar, dimorfik, berbentuk lonjong, dengan pertulangannya menyirip.
Ujung dan pangkal daunnya berbentuk runcing dengan tepi daunnya rata.
Bila dilihat dan diraba, permukaan daun paku hata akan terasa licin dengan panjang ± 10 cm dan lebar daunnya ± 6 cm.
Sorus dari paku hata berbentuk lonjong, berwarna cokelat, dan berada di sepanjang tepi daun. Akar serabut yang dimiliki oleh tumbuhan ini berwarna cokelat kehitaman dengan panjang ± 8 cm (Yunidar & Sofiyanti, 2020).
Ekologi
Paku hata banyak dijumpai di daerah dengan ketinggian rendah, lereng-lereng berbukit, hingga daerah dengan ketinggian 1500 m dpl.
Tumbuhan ini biasanya ditemukan di daerah lembab, seperti di bawah kanopi pohon di hutan, di tepi sungai, dan sumber air lain karena perkembangbiakkannya yang pada dasarnya sangat membutuhkan air (Dwiyani et al., 2017).
Sebaran
Persebaran paku hata meliputi daerah-daerah di Asia tropika (Dwiyani et al., 2017). Di Indonesia paku hata ditemukan terutama tersebar pada hampir seluruh provinsi.
Sementara itu di wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Pati Barat tumbuhan paku hata dapat ditemukan di wilayah Cagar Alam (CA) Keling I abc, CA Keling II/III, CA Kembang, dan CA Gunung Celering di Kabupaten Jepara.
Penulis
Budi Santoso
PEH Muda pada KPHK Pati Barat
Kepala KPHK Pati Barat
Bagikan Ke : Facebook Twitter Google+
Baca Juga
- » UPDATE : Sosok J Asisten Rumah Tangga Cilacap Yang Meninggal Dunia di Rumah Majikannya
- » 1.271 Buruh Pabrik Rokok di Semarang Terima BLT DBHCHT Rp 300 Ribu Per Bulan
- » Rumah Dinas Kabareskrim Komjen Agus Ditembaki Orang Misterius Terkait Ferdy Sambo, Cek Faktanya
- » Polisi Tangkap Pelaku Pembacok Pelajar di Jalan Suratmo, Korban Butuh Donasi untuk Biaya Perawatan
- » Nakes di Karanganyar Mulai Terima Booster Kedua