Harga Berpeluang Naik Tinggi, Emas Jadi Pilihan Investasi Menarik di Tengah Ancaman Resesi
Oleh : JATENGKOTA | on
JATENGKOTA, SEMARANG - Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) di Kota Semarang dalam sepekan terakhir terus berada di atas level psikologis Rp 1 juta, tepatnya sejak Jumat (17/6).
Pada Jumat (24/6) lalu, harga Emas Antam di kota ini masih berada di level Rp 1.000.928/gram, tercatat mengalami penurunan Rp 7.000 dari hari sebelumnya.
Di tengah ancaman resesi yang terjadi di beberapa negara, emas diproyeksikan menjadi pilihan alternatif investasi yang menarik. Tapi di satu sisi, saat ini bank sentral global masih mengambil posisi agresif dalam kebijakan moneternya yang justru menjadi katalis negatif untuk emas.
Namun, secara jangka panjang, emas dinilai bisa jadi opsi yang menarik bagi para investor di tengah kondisi saat ini. Hal itu seperti diungkapkan analis Global Kapital Investama, Alwi Assegaf.
Menurut dia, emas sering dipandang sebagai safe haven di tengah ketidakpastian ekonomi maupun politik. Alhasil, berkenaan dengan peluang terjadinya resesi, permintaan emas kemungkinan akan meningkat berkat perannya sebagai safe haven tersebut.
Apalagi, potensi resesi tidak hanya terjadi di AS, beberapa negara maju lainnya, seperti Inggris juga kini tengah menghadapi resesi.
Ditambah dengan konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung mereda, masih adanya potensi perang dagang AS-China, ketegangan AS-Iran, masih mendukung emas sebagai safe haven.
“Selain itu, dengan tingginya tingkat inflasi di beberapa negara maju, seperti AS, Inggris, dan zona euro akan semakin meningkatkan daya tarik emas sebagai sarana lindung terhadap inflasi,” katanya, kepada Kontan, pekan lalu.
Di sisi lain, Alwi menyebut tingginya tingkat inflasi tersebut telah memaksa bank sentral dunia untuk mengetatkan kebijakan moneternya, dengan menaikkan suku bunga.
Misalnya The Fed, yang menaikkan suku bunganya secara agresif sebesar 75 bps, kemudian SNB menaikkan suku bunga 50 bps dan BoE yang menaikkan suku bunga sebesar 25 bps.
Bahkan, RBA, yang tadinya nyaman dengan suku bunga rendahnya, juga telah menaikkan suku bunganya menjadi 0,8 persen, dan masih membuka ruang kenaikan di rapat selanjutnya.
Dengan prospek suku bunga yang tinggi, emas sebagai aset yang tidak memiliki bunga dan imbal hasil ini berpotensi untuk ditinggalkan.
Ia juga menilai, kenaikan suku bunga akan diiringi dengan potensi penguatan dollar AS hingga akhir tahun. Alhasil, harga emas akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang non-dollar.
Belum lagi, dengan koreksi yang cukup dalam terjadi di pasar saham AS tentunya membuat valuasi saham AS menjadi lebih murah. Pada akhirnya hal ini bisa mendorong risk appetite para investor untuk memburu aset berisiko.
“Hal ini tentunya akan menyurutkan daya tarik emas sebagai investasi alternatif. Sehingga di tengah tarik menarik sentimen tersebut, pergerakan emas kemungkinan akan bergerak terbatas,” imbuhnya.
“Bagi para investor, untuk long term bisa hold emas logam mulianya. Lalu, untuk jangka pendek, jika ingin jual bisa di harga buyback Rp 910.000, sementara jika ingin beli, sebaiknya tunggu di harga Rp 925.000,” papar Alwi.
Prospek bagus
Analis DC Futures, Lukman Leong mengungkapkan, secara jangka panjang emas logam mulia masih akan punya prospek yang bagus.
Namun, hingga akhir sisa tahun ini, ia cenderung melihat emas belum memiliki peluang untuk naik lebih tinggi. Hal ini tidak terlepas dari siklus kenaikan suku bunga agresif The Fed.
“Mungkin menjelang akhir tahun, emas baru akan mulai kembali diminati setelah ada konfirmasi resesi di AS, dan tekanan akan kenaikan suku bunga oleh The Fed mereda,” terangnya, kepada Kontan.co.id, Rabu (22/6).
Namun, dalam waktu dekat, ia melihat masih akan terjadi tarik menarik sentimen untuk emas.
Sentimen seperti terus berlanjutnya perang antara Ukraina-Rusia, serta tensi geopolitik China-Taiwan-AS, lalu adanya ketidakpastian kebijakan zero-covid policy di China yang bisa saja menyebabkan kembali terjadinya lockdown.
Menurutnya, hal ini dikhawatirkan bisa menyebabkan masalah pada supply chain global yang pada ujungnya kembali melonjakkan harga-harga barang, dan terus mendorong angka inflasi tetap tinggi.
Alhasil, Lukman menilai The Fed kemungkinan masih akan melanjutkan atau bahkan lebih agresif pada kebijakan kenaikan suku bunga guna meredam laju inflasi.
Agresifnya The Fed di satu sisi bisa membuat kemilau emas kurang menarik, tapi juga semakin memperbesar peluang terjadinya resesi. “Pada akhirnya, harga emas secara jangka panjang masih akan menarik dan berpotensi menguat,” imbuh Lukman.
Ia menyarankan para investor untuk menunggu kesempatan melakukan pembelian emas ketika di harga bawah. Proyeksinya, harga emas spot berpeluang untuk terkoreksi di bawah 1.800 dollar AS per ons troi.
Ketika sudah mencapai level itu, ada kemungkinan harga akan kembali naik mendekat 2.000 dollar AS per ons troi.
“Jadi ada peluang harga logam mulia akan turun ke Rp 900.000/gram, yang merupakan harga yang menarik untuk masuk (investasi-Red). Mungkin bisa lakukan aksi beli ketika di kisaran Rp 850.000-Rp 900.000,” ucapnya. (Tribun Jateng/Idayatul Rohmah/Kontan.co.id/Hikma Dirgantara)
Bagikan Ke : Facebook Twitter Google+
Baca Juga
- » Hasil Babak II Skor 3-1 Borneo FC Vs Persib Bandung Liga 1 2022, Lilipaly Cetak Gol!
- » Hasil Liga 1 2022: Persib Bandung Babak Belur, Dihajar 4-1 Borneo FC, Klasemen Masuk Zona Degradasi
- » Detik-detik J ART di Cilacap Ditemukan Meninggal di Rumah Majikan, Kondisi Berlumuran Darah
- » Kontes Bonsai 2022 Tingkat Nasional Digelar di Demak
- » Kejurnas Atletik Digelar di Semarang, Hendi Berterima Kasih Pada Luhut