Muncul Kabar Paracetamol Mengandung Virus Machupo, Pakar Farmasi UGM Sebut Tak Mungkin
Oleh : JATENGKOTA | on Rabu, 3 Agustus 2022 08:24 WIB
Laporan Wartawan JATENGKOTA, Rina Ayu
JATENGKOTA, JAKARTA -- Kembali muncul sebaran informasi mengenai parasetamol P-500 mengandung virus berbahaya Machupo.
Isu virus Mahopu dalam parasetamol ini selalu muncul dari tahun ke tahun.
Virus Machupo ini diketahui dapat menyebabkan demam hemoragik yang dapat mengakibatkan kematian.
Benarkah isu tersebut?
Ahli Farmasi UGM, Prof. Dr. rer nat. apt., Endang Lukitaningsih, M.Si., mengatakan dalam produk obat parasetamol 500 miligram terdapat virus Machupo itu tidak benar.
Hingga saat ini, belum ada kajian ilmiah yang membuktikan keberadaan virus Machupo dalam parasetamol.
"Klaim soal parasetamol mengandung virus Machupo itu salah, tidak bisa dipertanggungjawabkan," tuturnya seperti dikutip laman ugm.ac.id, Selasa (2/8).
Ia menjelaskan, ada aturan ketat yang harus dipatuhi perusahaan farmasi terkait cara produksi obat, termasuk parasetamol.
Parasetamol diproduksi dengan standar keamanan dan kebersihan yang cukup ketat.
Produsen farmasi harus melakukan pengecekan kualitas terhadap obat yang diproduksinya.
Kualitas kontrol sudah dimulai sejak bahan datang, baik secara kimiawi maupun cemaran biologis hingga pasca produksi. Produk parasetamol telah diperiksaaan, uji keamanan dan mutu sebelum mati di pasar.
"Sangat tidak mungkin selama proses produksi masih ada virus karena kondisi tablet juga harus betul-betul kering.
Sementara virus memerlukan lingkungan lembab dan suhu rendah untuk bertahan hidup," papar Dosen Fakultas Farmasi UGM ini.
Jika ada virus yang bertahan dalam hidup, dikatakan Endang, hal tersebut dapat dipastikan karena adanya kontaminasi baik manusia maupun hewan yang terinfeksi virus Machupo.
Namun begitu, peluang kontaminasi virus dalam proses produksi obat sangat kecil karena melalui proses kontrol kualitas yang berlapis oleh perusahaan farmasi.
"Selama proses produksi ada sampling untuk menjaga produk baik saat pencampuran, membentuk tablet hingga setelah menjadi tablet," terangnya.
Oleh sebab itu, Endang mengimbau masyarakat untuk tidak mengkhawatirkan atau berlebihan mengonsumsi obat penurun panas ini.
Bagikan Ke : Facebook Twitter Google+